Untuk Seorang Teman.

hei, kamu.

apa kabar? lama tak jumpa, lama juga tak dengar kabar...
hmm.... aku selalu canggung tiap kali berbicara dengan kawan yang sudah lama tidak berkomunikasi.
apa lagi yang tidak terlalu akrab, aku bingung mau membicarakan apa dengan kamu.

tidak akrab kah kita?
kita pernah menjadi dua sahabat. aku mengenal adikmu, kakakmu, ibumu. bermain ke rumah masing masing. berbagi mimpi, khayalan. aku tahu band favoritmu, bagaimana kamu dengan ekspresi ceria, wajah berseri menceritakan tentang lagu apa yang sedang kamu suka dan impianmu untuk bertemu dengan band favoritmu itu.

suatu hari, kabar itu datang... kamu akan bersekolah di sekolah yang sama denganku. harusnya aku bahagia. ya, aku bahagia, terbayang bagaimana kita akan duduk sebangku, mencuri mengobrol di tengah pelajaran yang membosankan. terbayang kita akan ke kantin bersama. melakukan hal - hal gila. membahas semua yang kita sukai, mungkin juga saling bertukar kaset, komik.

namun semua itu tidak pernah terjadi.
kamu menemukan teman - teman baru. tiba - tiba kamu menjadi seperti tidak terpisahkan dengan mereka.
aku? aku cuma anak yang dicap 'kuper' yang tiap jam istirahat memilih bersembunyi dibalik buku - buku perpustakaan, tenggelam dengan dunia dongeng, dunia yang kujadikan tempat pelarian, semacam katarsis setelah berjam - jam pikiran dibuat keruh oleh berbagai mata pelajaran yang tidak kusukai. sedangkan kamu tertawa bersama, duduk beramai - ramai dengan teman - teman barumu.

aku ingin masuk dan bergabung tapi aku ketakutan. teman - teman barumu begitu menakutkan bagiku.
aku takut kalau aku tak bisa mengikuti semua pembicaraanmu dan mereka. jadi, kuputuskan, aku menjauh saja dari mu dan teman - temanmu itu.

aku minta maaf, beberapa barang pemberianmu, seperti kartu pos, kotak pensil, buku notes kecil cantik itu tidak kusimpan baik - baik. benda - benda yang seharusnya kurawat karena mereka lah yang akan menjadi penghubung antara aku dengan segala kenangan tentang persahabatan kita. atau kah aku salah? harusnya memang kubiarkan saja mereka lenyap. karena memang lebih baik begitu daripada terkenang akan segala hal menyenangkan yang tidak mungkin kembali itu.

maaf, jika aku berpikir seperti itu. tidak, seharusnya tidak.

kita memang menjauh. hingga kini aku tak tahu sekarang sedang apa dirimu, menjadi apa dirimu.

namun aku bersyukur, pernah berteman baik dengan orang sepertimu yang telah memberi warna ceria untuk duniaku pada satu waktu.

dimanapun kamu.... aku doakan, semoga kamu selalu baik - baik saja.
tetap menjadi seseorang yang ceria, seperti yang ku kenal dulu.

aku hanya bisa mendoakanmu,
semoga tersampaikan.

Komentar