Cerita dari Pemutaran Video Disabilitas SAMA di Jogja

Jadi saya pernah janji mau posting tulisan mengenai pemutaran SAMA, nah, karena saya juga bikin tulisan liputan buat web Yayasan Kampung Halaman mengenai pemutaran SAMA, sekalian deh, tulisan saya  yang di web KH saya posting ulang disini
Berikut cerita mengenai pemutaran SAMA...
Pada bulan terakhir tahun 2013, Kampung Halaman (KH) bekerja sama dengan Organisasi Buruh Dunia (ILO)menyelenggarakan pemutaran video diary bertajuk SAMA.
SAMA adalah projek pembuatan video diary karya kawan – kawan penyandang disabilitas. Melalui media audiovisual mereka menyuarakan aspirasi terhadap ruang, peluang, dan perlakuan yang sama dan adil kepada masyarakat khususnya para pengambil keputusan.
Lokakarya pembuatan video diary SAMA berlangsung pada Oktober 2013 di Jakarta, dengan melibatkan 19 peserta penyandang disabilitas dan 3 peserta non-disabilitas. Mereka diajak untuk melakukan riset atas persoalan yang umum dialami kaum disabilitas, menulis, mengambil gambar hingga editing yang difasilitasi oleh tim dari KH serta dari komunitas dan pembuat film.
Ada dua video diary yang dihasilkan, yaitu berjudul ‘Job Unfair’. Video diary ini berusaha menyampaikan mengenai peluang kerja bagi para penyandang disabilitas dan apakah perusahaan sudah memiliki kesadaran untuk memberikan peluang. Video kedua adalah ‘Mana Akses Kami?’ yang mengangkat persoalan fasilitas publik yang sampai sekarang belum memenuhi kebutuhan para penyandang disabilitas.
Pemutaran SAMA dilakukan di kota – kota besar seperti di Jakarta, Semarang, Jogja, dan Surabaya. Di Jogja, pemutaran dan diskusi SAMA diselenggarakan di XXI Empire pada Hari Rabu, 18 Desember 2013 dan merupakan bagian dari Festival Film Dokumenter (FFD) Jogja.
Acara ini menarik antusiasme dari berbagai kalangan. Selain dihadiri oleh komunitas – komunitas yang bergerak dalam kepedulian terhadap disabilitas, seperti DAC (Deaf Art Community) acara ini juga dihadiri oleh berbagai komunitas dan Yayasan, seperti “Do More” yang bergerak dalam bidang perlindungan anak.
“Kami, kesini, mengantar anak – anak, untuk mendidik, supaya mendapat pengetahuan baru, kalau ada teman – teman yang mengalami hal tersebut (disabilitas)” ujar Esther, salah seorang pegiat “Do More”.
Kemudian ada Vina, perwakilan dari Kemant Antropologi UGM. Vina mengatakan, SAMA penting untuk meningkatkan kepedulian dan empati terhadap kaum disabilitas. “Sama yang bukan disabilitas aja kita kurang menghargai, apalagi yang disabilitas, harusnya setelah melihat mereka yang disabilitas, rasa kepedulian kita harusnya juga kita tambahi, jangan egois, intinya begitu” tutur Vina.
Lain lagi opini dari Mas Purba (B.W Purbanegara), filmmaker dari limaenam films. Mas Purba yang pernah membuat film fiksi pendek mengenai disabilitas ini mengatakan bahwa video SAMA ini bagus dan komunikatif untuk penonton mengetahui masalah disabilitas serta membuka perspektif. Selama ini perspektif publik masih keliru, yaitu mengkasihani penyandang disabilitas. Sikap mengkasihani dan menyumbang malah cenderung mengkotakkan kelompok disabilitas. Soal masalah dasar akses, Mas Purba juga setuju bahwa ketika ruang dibuka dan akses difasilitasi maka mereka bisa melakukan hal yang sama.
Soal video, Mas Purba juga menambahkan bahwa SAMA juga harus diputar  secara luas “Video ini harus diputar di wilayah seluas luasnya, ditonton banyak orang, dengan ruang pemutaran yang nantinya juga harus memperhatikan aksesibilitas bagi penyandang disabiltas” katanya.
Nah, ayo buat pemutaran SAMA di komunitasmu yuk!

Komentar

  1. nice ndri.

    salah satu pengusaha muda keren yang peduli sama penyandang disabilitas nih, ndri

    http://www.kaskus.co.id/thread/52ddfa1ebecb17807d8b46d1

    BalasHapus

Posting Komentar