Seriusan, adek adek yang lagi ngikut atau ngurusin Pemira (Pemilihan Raya Mahasiswa) di UGM. Kreatif dikit kenapa sih? Kenapa harus pakai poster dan spanduk gede - gede di area universitas? kenapa juga di jalan? Poster yang ditempel di mading - mading kampus itu sudah cukup lho padahal. Nggak perlu pakai spanduk segedhe gedhe gaban.
Seperti ini...
Seperti ini...
![]() |
Karena... Satu, mengganggu pemandangan. Dua, keamanan, kalau hujan gedhe dan angin puting beliung apa dipikirin? letak di pinggir jalan besar yang dilewati motor malah bahaya, gimana kalau ada angin ribut lalu spanduk kalian ambruk, roboh kemudian menimpa teman - teman sesama mahasiswa yang lewat di depannya? Mau tanggung jawab nggak? Saya acungi jempol deh kalau kalian mau tanggungjawab. Tiga, kampanye pakai spanduk besar itu sudah sooo last yeaaar dan hanya dipakai bapak bapak, ibu ibu, yang terhormat anggota hewan dewan perwakilan rakyat, kenapa nggak pakai cara yang lebih kreatif sih?
penggunaan sosial media saja sudah sangat efektif lho, soalnya kan banyak mahasiswa yang hobi main facebook, twitter, dan teman temannya.Coba kalian bikin program apa saja di dunia nyata, seperti baksos, lalu kalian dokumentasikan, pajang di page FB, atau bikin blog yang isinya dokumentasi program tersebut, itu sudah sangat efektif lho, menginspirasi malahan.
Sebenarnya banyak lho alternatif kampanye yang kece - kece dan (mungkin) efektif seperti...
Sebenarnya banyak lho alternatif kampanye yang kece - kece dan (mungkin) efektif seperti...
Bikin video diary, video dengan tema permasalahan apa yang hangat di kampus, misal soal beasiswa, akademik yang ribetnya minta ampun untuk mengurus ini itu, atau masalah tranparansi nilai, lalu kalian minta pendapat teman - teman dan menyertakan pandangan soal masalah itu dari calon - calon sendiri, baik calon Senat maupun Calon Presiden BEM universitas. Lalu upload ke youtube, atau kalian buat acara nonton bareng dan mendiskusikan masalah tersebut bersama teman- teman mahasiswa lalu bersama mencari solusi dan membuat pernyataan sikap buat masalah tersebut. Malah oke kan begitu? murah meriah, tinggal ajak teman yang jago editing video.
Atau kalian bisa bikin survey atau polling tentang permasalahan kampus dan pendapat teman - teman kalian soal Pemira. Lalu buat obrolan, diskusi. Ndak usah formal - formal amat. Yang suasananya santai dan bisa bikin calon pemilih kenal dengan kalian.
Kalau cuma pasang tampang di baliho, apalagi sampai pasang CV di baliho tapi calon pemilih tetap nggak kenal sama kalian ya, sama aja bohong.
Kalau cuma pasang tampang di baliho, apalagi sampai pasang CV di baliho tapi calon pemilih tetap nggak kenal sama kalian ya, sama aja bohong.
Bagikan pemikiran, diskusikan, cari titik temu permasalahan bersama - sama, jangan hanya pasang tampang. Namun jangan memaksa menanamkan pemikiran dan ideologi kalian pada teman - teman kalian yang berbeda pendapat. Karena hal itu bukanlah ciri manusia yang memanusiakan manusia lainnya.
Selamat merayakan Pemira. Pemira sejatinya adalah tempat mahasiswa untuk mengimplementasikan secara nyata demokrasi dan politik sehat yang selalu didengungkan mahasiswa. Jangan dijadikan sekedar ritual tahunan namun semu, apalagi sampai dijadikan ajang berebut kuasa dan eksistensi.
Eh, tambahan : tadi lihat di news feed FB ada yang bilang di status FB kalau "pake spanduk gedhe aja, pada gak sadar ada Pemira, gimana gak pake?". Jadi kepikiran aja, segitunya amat, udah ada twitter dan teknologi bernama hashtag. Pemikiran sederhana saya, kalau rame di hashtag twitter kan biasanya juga bakal jadi bahan obrolan hangat di dunia nyata, yah kan di UGM juga banyak mahasiswa kepo kaliii. Terus, kalau sampai banyak yang nggak peduli sama Pemira itu, kenapa nggak dicari penyebabnya apa? Kenapa mereka pada nggak peduli dan nggak percaya dengan calon calon Pemira? Kenapa nggak buka telinga, dengerin, ajak ngomong teman - teman yang nggak peduli pemira itu aja sih? Lagian dengan hanya pasang baliho kampanye, belum berarti menjamin teman - teman calon pemilih bakal mengenal caleg/capres Pemira.
Tapi yaudah sih, kalau saya maksain nyampein pemikiran saya begini, namanya saya resisten
-__-
Tapi yaudah sih, kalau saya maksain nyampein pemikiran saya begini, namanya saya resisten
-__-
Berangkat dari tulisan di Kompasiana oleh Hendra Wardana ini,

Komentar
Posting Komentar