KAKAO
mengangkat kisah nenek Minah, seorang wanita tua buruh tani yang
dipidana hanya karena mencuri tiga buah kakao. Tokoh utama dalam cerita
ini adalah Mbok Sumirah (diperankan oleh Talkha), seorang wanita tua
penduduk Desa Dadapan yang menggarap lahan tidur milik PT. Rumpun Sinar
Abadi. Sumirah kedapatan mengambil tiga buah kakao seberat tiga kilo
oleh mandor Tarno (diperankan oleh Endik). Perbuatan Sumirah tersebut
kemudian dilaporkan olehnya ke aparat. Permasalahan Mbok Sumir tersebut
ternyata menjadi semacam fenomena karena yang menjadi pelaku adalah
seorang nenek tua. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh berbagai pihak,
mulai dari Ngatemi (diperankan Hurin) dan Juki (diperankan Pras) yang
pandai memanfaatkan kesempatan. Kemudian Bambang Harmoko, seorang calon
legislatif yang menggunakan kasus Mbok Sumir untuk kepentingan
mendapatkan simpati massa. Kalangan media yang terdiri dari wartawan
juga meliput berita Mbok Sumir terus-menerus demi mendulang rating
setinggi–tingginya.
Pementasan
KAKAO seolah mencoba menyentil tingkah polah penegak hukum (diwakili
oleh karakter penyidik yang diperankan Punta) dan para elite politik.
Kritik dan sindiran mengenai keadaan hukum Indonesia saat ini disisipkan
melalui peran para pemain dan dialog yang ringan, kocak, satir, tetapi
tetap cerdas. Bukan hanya menyinggung masalah hukum nasional, dialog
KAKAO juga sedikit mengungkit masalah kebijakan KIK (Kartu Identitas
Kendaraan) dan sepeda biru UGM.
Persiapan teater ini dilakukan kurang lebih sejak dua bulan
yang lalu, melalui serangkaian latihan dan riset untuk mendukung cerita,
seperti yang dituturkan sutradara Rini Puji Astuti. Penyusunan proposal
KAKAO dilakukan sejak bulan Juni yang dilanjutkan dengan riset di
Ajibarang, Banyumas, daerah asal Mbok Minah pada bulan Juli. “Setelah
riset kami mulai bikin naskah lalu latihan. Sebenarnya kami membuka open
recruitment pemain. Casting terbuka untuk siapa saja, terutama
teman–teman mahasiswa Fakultas Hukum UGM yang berminat ikut teater”,
jelas Rini.
Rini
menuturkan bahwa latar belakang diangkatnya kisah Mbok Minah ini adalah
ketakjuban mereka atas kasus Mbok Minah. “Kami heran, kok kasus tiga
biji kakao bisa sampai mengalihkan kasus Century. Kasus ini pasti
menarik yang ada sesuatu di dalamnya. Berangkat dari itu, kami membuat
riset. Kami mengangkat kasus tersebut karena memang yang jadi korban
Mbok Minah, dia nenek–nenek tapi kenapa diproses sementara para koruptor
malah dibiarkan bebas. ”, tambah Rini.
Seni merupakan salah satu cara rakyat untuk beraspirasi, salah satunya adalah dengan menerjemahkan sebuah isu yang sedang menarik perhatian menjadi sebuah lakon. Melalui pementasan ini, Teater APAKAH menunjukkan bahwa seni juga dapat dijadikan media mahasiswa untuk mengkritisi penguasa, selain melalui aksi dan diskusi. Selamat ulang tahun Teater APAKAH…(***)
Seni merupakan salah satu cara rakyat untuk beraspirasi, salah satunya adalah dengan menerjemahkan sebuah isu yang sedang menarik perhatian menjadi sebuah lakon. Melalui pementasan ini, Teater APAKAH menunjukkan bahwa seni juga dapat dijadikan media mahasiswa untuk mengkritisi penguasa, selain melalui aksi dan diskusi. Selamat ulang tahun Teater APAKAH…(***)
Komentar
Posting Komentar